Saturday 20 May 2023

Ketika Anak Ngamuk Nggak Tahu Tempat

Saya adalah satu dari sekian orang yang meyakini bahwa segala bentuk emosi memiliki sifat netral. Nggak ada negatif, pun positif. Dan emosi datangnya secara tiba-tiba tergantung situasi dan kondisi, nggak bisa direncanakan.


Tadi sore saya jalan-jalan bersama Belin yang saya gendong dan Sabin yang mengendarai balance bike-nya. Ketika melewati warung yang jualan es krim, Sabin mulai merajuk minta beli padahal paginya dia sudah makan es krim. Awalnya hanya rajukan kecil tapi lama-lama jadi nangis keras, meski begitu saya kekeuh untuk nggak ngasih. 

Karena sulit untuk melanjutkan perjalanan -padahal 20 meteran lagi nyampe rumah-, saya memilih menepi untuk mengamankan anak-anak. Sabin masih lanjut nangis, malah makin kencang. Orang-orang sudah mulai riuh ngomentarin tapi tetap saya abaikan. Fokus utama saya masih kepada Sabin. Beruntung Belin nggak ikut nangis padahal biasanya kalau Sabin nangis begini bakal nularin ke Belin.

Rasanya waktu berjalan begitu lambat. Entah 10 atau 15 menitan saya jongkok dengan Belin yang masih di gendongan sambil mendengarkan dan memvalidasi perasaan Sabin. Persetan dengan mata setiap orang yang tertuju pada kami. Sampai akhirnya dia mulai tenang dan kami bisa melanjutkan perjalanan pulang.

Seperti di paragraf pertama tulisan ini bahwa emosi itu netral dan datangnya tiba-tiba. Bukan salah siapa-siapa kalau Sabin ngamuk di jalanan. Dan tidak apa-apa pula kalau kami berhenti dan menepi di samping jalan selama itu aman. Toh jalan tersebut bukan jalan besar yang sedang ramai kendaraan. Lagipula, kondisi saya memang sulit untuk membawa Sabin pulang dan lanjut ngamuk di rumah.

Hei! anak saya baru 2,5 tahun yaaa tolong... 
yakin deh dari jutaan manusia dewasa di muka bumi ini pasti banyak pula yang nggak bisa menahan emosi untuk beberapa waktu dan kembali mengeluarkannya di sikon yang dirasa nyaman. Apalagi ini anak saya belum juga genap 3 tahun hhhh

Tapi yaudah saya juga maklum sih, yang banyak komentar tuh ibu-ibu di kampung usia 40an keatas. Dari pendidikan dan akses informasi aja sudah beda dengan kita jadi saya cuma senyum sambil bilang, "Iya, nggak papa".

Tapi buat kalian yang lagi baca ini, saya tekankan dengan sangat keras: kalau ketemu ibu-ibu atau bapak-bapak dengan anaknya yang sedang tantrum di ruang publik, biarin aja! Udaaaah.. pura-pura budek sama anggep mereka invisible aja, unless mereka emang minta pertolongann. Menghadapi anak tantrum aja udah sulit loh, nggak usahlaaah nambahin beban dengan ngadepin mata dann ocehan mulut kalian juga.

Nah buat ibu-ibu dan bapak-bapak yang anaknya masih suka tantrum di manapun dan kapanpun, you're not alone. Badai pasti berlalu. Anakmu nggak akan selamanya kecil. Inget ya, emosi itu neral dan datangnya tiba-tiba jadi nggak perlu nyalahin anak kalau mereka tiba-tiba gegoleran dan ngamuk di mall xixixi. Asal pastikan aja keamanan mereka.

Udah ah ngantuk. 

With Love,

A
 

No comments:

Post a Comment