Jangan terburu menyesal
kalau sudah berlaku baik pada orang lain. Bukan. Bukan karena ‘Tuhan pasti
mencatat kebaikanmu dan kamu akan mendapat pahala’. Bukan seperti itu,
maksudku. Urusan pahala sudah ada yang mengatur, tidak perlu dipusingkan karena
bukanlah tugasmu menghitungnya. Bagimana pun juga, di atas sudah saya bilang
kalau hidup memang nggak seharusnya berbicara untung-rugi. Kalau pikiranmu
masih fokus pada pahala yang didapat setelah berbuat kebaikan, maka perkara
untung-rugilah yang masih kamu permasalahkan.
Berlaku baiklah pada
setiap orang karena memang begitulah manusia. Sejatinya, proses menjadi manusia
memang bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu belajar selama sekali hidup, mungkin
lebih –itu pun kalau bisa.
Walaupun rupamu
manusia, apakah kamu sudah menjadi manusia seutuhnya? Belum tentu. Karena
menurut saya, seekor kucing piaraan nenek saya lebih manusiawi dibanding
beberapa manusia itu sendiri. Biarkan saya cerita sedikit, btw ini cerita
langsung dari nenek saya tentang kucing-kucing liar yang ia biarkan tinggal di gudang
penyimpanan gabah di rumahnya. Katanya, kucing-kucing itu memakan tikus yang
menggerogoti karung gabah. Jadi dengan senang hati nenek saya menyilakan sang
tamu ke gudangnya untuk menjadi tempat peristirahatan dan tempatnya hidup.
Begini cerita itu bermula;
Nenek saya memiliki
seekor kucing liar yang entah berasal dari mana namun tiba-tiba masuk ke gudang
penyimpanan gabah dan menjadi penghuni tetapnya. Nenek selalu menyediakan
makanan di piring yang ia letakkan tepat di samping depan pintu gudang agar bisa
dimakan sang kucing. Namun, untuk beberapa hari makanan yang nenek sediakan
ternyata tidak diindahkan kucing. Dibiarkannya makanan itu tanpa tersentuh sang
tamu. Nenek kebingungan karena ini bukanlah kebiasaannya untuk mengacuhkan
makanan. Akhirnya diliputi rasa penasaran, nenek masuk ke gudang dan menemukan
sang kucing yang ternyata sudah tidak sendiri. Ia bersama beberapa anaknya yang
masih mungil, begitu manis membayangkan kehadiran mereka. Kata nenek, kucing
itu lebih memilih mencari makanan untuk sang anak dibanding memuaskan dirinya
sendiri dengan makanannya. Ia hanya seekor kucing yang tak berakal. Tapi
lakunya sangat bernilai kemanusiaan. Itu kalau kalian menangkap apa yang aku
maksud. Ngerti, kan? Ngerti lah ya hahaha
Begitulah hidup, Nis.
Catatan pada 28
September 2016, 1:13 AM dari perempuan cantik di depan cermin untuk Anisa.