Friday 30 June 2017

Senjata Salah Guna

Adalah Kata-kata
Yang memberi bentuk pada sesuatu yang masuk
Dan keluar dari diri kita
Adalah kata-kata yang menjadi jembatan untuk menyeberang ke tempat lain
Ketika kita diam, kita akan tetap sendirian
Berbicara, kita mengobati rasa sakit
Berbicara kita membangun persahabatan dengan yang lain
Para penguasa menggunakan kata-kata untuk menata imperium diam
Kita menggunakan kata-kata untuk memperbaharui diri kita
Inilah senjata kita saudara-saudaraku
(Kata adalah senjata, Subcomandante Marcos)

Kata-kata tidak hanya berupa deretan huruf yang dirangkai lalu digabungkan menjadi satu membentuk kalimat. Tidak. Lebih dari itu, kata-kata memiliki kekuatan magis yang dapat mengguncang dunia. Tidak percaya? Tengok saja bagaimana arek-arek Surabaya begitu bergelora dalam melakukan perlawan pada Pertempuran 10 November 1945 setelah mendengar orasi dari Bung Tomo kala itu. Melalui radio, beliau menyuarakan kata-kata perjuangannya membuat pejuang tak lagi gentar menghadapi lawan. Ya. Kata adalah senjata, begitu ibaratnya.
Begitu besarnya kekuatan kata-kata nampaknya juga disadari oleh para penyebar berita hoax. Kalau dulu kata-kata digunakan sebagai lecutan semangat dalam perlawanan, kini kata-kata dijadikan alat pemicu peperangan. Begitu banyak kata-kata yang terangkai membentuk suatu kalimat menjelma informasi yang kebenarannya tidak dapat dipertanggungjawabkan bertebaran entah itu di media sosial maupun di media-media yang tidak kredibel, menjadi sumber awal mula pertikaian terjadi. Parahnya, berita yang mengandung informasi hoax merupakan berita yang cepat penyebarannya. Layaknya wabah penyakit menular.
Pengguna media sosial begitu riuh berlomba-lomba membuat dan membagikan informasi, entah ingin terlihat serba tahu sehingga bisa mengesankan banyak orang atau pure mewartakan kebenaran. Yang jelas, begitu gempitanya informasi yang beredar tidak menjamin kebenaran isinya.
Sebenarnya tidak semua berita hoax menjadi bom peperangan, meski memang kebanyakan berita palsu tersebut berisi hujatan dan penuh ujaran kebencian. Ada pula berita hoax dengan tujuan ‘baik’, seperti kata pepatah berbohong demi kebaikan.
Penulis sempat menangkap berita hoax beredar di media sosial mengenai pemakluman dalam video viral berisi siswa SD yang salah menyebut jenis ikan di depan Jokowi, menurut kabar yang beredar siswa SD tersebut mengidap Dyslexia dan kisah lain mengenai anak tersebut yang katanya juga merupakan yatim piatu. Usut punya usut, nyatanya itu hanya hoax. Berita palsu tersebut mungkin disebar dengan tujuan mulia, yakni membela si anak agar masyarakat tidak lagi melakukan pem-bully-an terhadapnya. Bagaimanapun juga, mem-bully memang tindakan yang tidak patut dilakukan karena akan berimbas pada perkembangan mental si anak. Tapi, perlukah membuat informasi palsu hanya untuk melakukan pembelaan kepada anak tersebut? Perlukah membohongi banyak orang hanya agar mereka tidak lagi mem-bully anak tersebut? Pada kasus berita hoax yang disebutkan tadi ibaratnya, senjata yang dalam hal ini adalah kata-kata dipakai untuk menjerumuskan kawan sendiri, ia sudah seperti musuh dalam selimut. Berniat baik namun sebenarnya menyesatkan.
Tujuan baik atau buruk, kebohongan tetap kebohongan. Entah untuk alasan apapun kebohongan dibuat, sudah mutlak itu salah. Ada yang bilang, jujur lebih baik meski itu menyakitkan. Penulis sepakat mengenai itu. Berbohong demi kebaikan dan tujuan mulia saja, sudah nyata tidak layak dilakukan apalagi berbohong untuk memicu perselisihan. Ini jelas harus diberantas. Untuk menelusuri siapa awal mula yang menyebarkan berita hoax, sudah pasti akan sulit dilakukan. Terlebih jika penyebarannya dilakukan melalui pesan berantai, broadcast. Namun pemberantasan berita hoax dapat dilakukan dengan mengedukasi pembaca.
Pengguna internet di Indonesia yang kebanyakan merupakan kelas menengah ke atas harus memiliki sikap kritis terhadap berita apapun yang beredar. Tidak asal memercayai sumber yang kredibilitasnya pun masih dipertanyakan. Untuk tidak mudah terprovokasi dengan judul tanpa membaca isinya dengan tuntas dan selalu mengecek kebenaran informasi yang ada.
Sekarang ini sudah ada kesadaran masyarakat dalam memerangi berita hoax. Layanan untuk memerangi hoax sudah dikembangkan oleh pengembang aplikasi yang tergabung dalam suatu komunitas Masyarakat Anti Fitnah Indonesia dengan diberi nama Turn Back Hoax. Adanya layanan tersebut penulis kira dapat mengecilkan angka penyebaran berita hoax. Dengan memerangi berita hoax bersama-sama akan membuat berita hoax yang sudah tersebar menjadi tidak laku dan penyebarnya tidak akan mendapat keuntungan. Imbasnya, kemungkinan para penyebar berita hoax sendiri akan jengah ketika beritanya tidak lagi menjadi konsumsi publik dan diharapkan berita-berita tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Senjata yang kini sudah disalahgunakan, semoga akan kembali dipakai sebagai alat perlawanan, bukan pemicu perselisihan pun sumber pertikaian. Senjata yang dulu sebagai pengobar api semangat melawan yang tiran, semoga tak lagi berisi olok-olokan penebar kebencian. Semoga.



*Tulisan yang pernah dijadikan sebagai salah satu persyaratan mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional

Friday 17 February 2017

Lirik dan Terjemahan Lagu The Stalker-Adhitya Sofyan

The Stalker
Penguntit
Adhitya Sofyan


Every time you run away
Setiap kali kau pergi jauh
I’ll always gonna find you
Aku kan selalu menemukanmu
You’re always be found
Kau akan selalu ditemukan
Every place you hide away
Tiap tempat persembunyianmu
I’ll always gonna guest it
Aku selalu bisa menerkanya
‘Cause you’re predictable
Karena kau begitu mudah ditebak

So Let it be, I stay your back and breathe
Jadi biarkanlah, Aku tinggal di belakangmu dan bernapas
Can’t / now you see, there’s no way n hell
Tidak bisa / sekarang kau lihat, tak ada cara lain
You can escape me
Kau bisa melepaskanku

Every time you see the rain
Setiap kali kau lihat hujan
I’m every drop that you feel
Aku lah tiap tetesnya yang kau rasa
And anywhere the sun would shine
Dan dimanapun matahari kan bersinar
I’m every ray that you feel
Aku lah tiap sorotannya yang kau rasa

Anywhere you’d be right now
Dimanapun kau berada sekarang
I’ll always gonna find you
Aku kan selalu menemukanmu
The city is mine
Kota ini milikku
Every scent you left behind
Tiap keharuman yang kau tinggalkan
I’ll always gonna feel them
Aku kan selalu menciumnya
Cause I know ‘em by heart
Karena hatiku yang merasakannya

Translator: Anisa Arwilah