Saturday 29 September 2018

Pesona Batik Indonesia


  Penulis mengenakan batik tulis bermotif wadasan di hari wisudanya
                                                                     
“I owe a great debt to the people of Indonesia. Their kindness, coupled with the beauty, expanse and diversity of their country, has made the past month one of the best my life.”
-Robert Schrader-
            Penggambaran atas menakjubkannya Indonesia bagi Robert Schrader, blogger asal Amerika Serikat tersebut rasanya tidak berlebihan. Pesona Indonesia tak hanya mampu berhasil menggoda kita, warga Indonesia, namun juga sampai pada warga mancanegara, Schrader salah satunya.
Melalui blognya, ia mengunggah tulisan dan foto berjudul “30 Pictures That Will Make You to Visit Indonesia” yang berisi pengalamannya selama sebulan menjelajah Indonesia dengan dipenuhi kekaguman. Beberapa tempat indah di Indonesia tak luput dari persinggahannya. Kalimantan, Papua dan beberapa daerah lainnya sempat menjadi objek atas bidikan kamera Schrader.
Sebagai warga Indonesia, saya tak hanya bangga atas tanah kelahiran saya, namun juga memiliki keinginan sama dengan Schrader untuk bisa menjelajahi tiap jengkal dari tanah ibu pertiwi. Saya memiliki keyakinan kuat bahwa suatu saat, negeri saya tercinta, Indonesia, akan saya nikmati setiap sudutnya. Tak hanya keindahan wilayahnya, namun budaya, keragaman hingga keramahan orang-orangnya. Dan keindahan itu akan saya nikmati dengan berpetualang mengenakan Batik Indonesia. Kenapa batik? Karena saya rasa saya telah jatuh cinta dengan batik dan segala nilai filosofis yang melekat pada setiap helainya.
Kecintaan saya pada batik berawal dari perkenalan saya dengan salah seorang teman kampus yang juga bersal dari kalangan keluarga perajin batik di Cirebon. Tak hanya mengajarkan saya membatik, namun ia juga menceritakan mengenai nilai-nilai dalam membatik. Membatik tak hanya sekedar menuangkan malam di atas mori dengan canting baginya. Lebih dari itu. Di dalamnya terdapat keuletan untuk tetap konsisten dalam mengikuti serangkaian prosesnya secara berurutan.
Membatik diawali dengan tahapan ngrengreng (proses pencantingan awal garis luar), isen-isen (pemberian aksen atau ornamen pada motif), nembok atau nutup (fase memilih mana yang dirintangi dan mana yang tidak) pewarnaan, lalu yang terakhir nglorod. Tahapan proses yang harus dilakukan berurutan dalam membatik diibaratkan seperti tahapan kehidupan dari lahir hingga masuk liang lahat. Lahir sebagai bayi yang belum bisa berjalan pun berbicara, lalu tumbuh menjadi anak-anak yang sudah gesit melarikan kaki-kaki kecilnya, beranjak remaja dengan segala keingintahuannya, menjadi dewasa lengkap dengan segala kompleksitas permasalahan lalu tua hingga menunggu ajal. Kita tak bisa mengacak prosesnya dengan menjadi manusia dewasa dulu ketika keluar dari rahim lalu baru menjadi bayi setelahnya. Sama seperti membatik. Tidak ada dalam sejarah membatik, nglorod dilakukan sebelum isen-isen. Hancur sudah kalau benar ada. Bukankah hidup memang sejatinya berisi proses?
Begitulah akhirnya saya jatuh cinta pada batik. Batik mengajarkan kita ketekunan, kebersamaan, estetika dan penghargaan atas proses yang walaupun begitu melelahkan namun memang senilai dengan karyanya. Ah... betapa mengenal batik menjadikan saya bersyukur pernah tinggal di Cirebon selama empat tahun ketika berkuliah. Bukan hanya melulu karena banyaknya wisata Cirebon yang menjadikan saya suka berpetualang di kota udang ini, namun juga kebudayaannya yang masih kental terasa, termasuk batik Cirebon yang memang sudah terkenal hingga mancanegara.
Beruntung sekali, di Cirebon ini saya tak perlu susah mencari batik. BT Batik Trusmi mempermudah saya untuk berbelanja dengan ketersediaan koleksi batik yang super lengkap. Desain yang beraneka ragam membuat saya merasa ingin memborong semuanya. Hehehe. Saya pun tidak perlu takut akan harga karena segala variasi harga dari yang termurah hingga mahal dengan kualitas tanpa tandingan tentunya, ada. Kalau sedang merasa malas atau memang tidak dapat mengunjungi tokonya secara langsung, saya bisa melakukan pembelian online di http://btbatiktrusmi.com/ .
Selain menomorsatukan konsumen atas berbagai kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja, yang begitu saya suka dari BT Batik Trusmi ini karena batik-batik yang dijual merupakan hasil perajin lokal. Ya, produk yang mereka jual bukan hanya dari produksi sendiri -dengan rumah produksi besar dan pekerja lokal- namun juga ada yang hasil membeli dari perajin lokal. Ini membuktikan kepeduliannya dalam kemajuan batik di Trusmi. Mereka mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan baru dan mendorong perajin lokal agar terus berkarya. Satu hal yang patut diapresiasi. Bagi saya tidak ada keberhasilan yang benar-benar berhasil, selain keberhasilan untuk kebaikan orang-orang di sekitar. Dan, BT Batik Trusmi ini telah berhasil. Bukan hanya berhasil memasarkan batik, namun juga berhasil menjadi ‘cahaya’ dari warga Cirebon khususnya Trusmi.
Betapa dimanjakannya saya sebagai konsumen di toko yang memiliki jargon BTAlways Batik ini membuat saya terlampau senang. Sebelum impian saya benar-benar terealisasi, bukankah saya harus mempersiapkan baju batik yang banyak dulu? Batik membuat impian keliling Indonesia saya menjadi lebih baik.
Monumen pembatik yang dibangun oleh BT Batik Trusmi

Sentra batik terbesar dan terluas, BT Batik Trusmi
 
Gapura Selamat Datang di Kawasan Batik Trusmi yang diprakarsai BT Batik Trusmi