Wednesday 17 May 2023

Kaya itu Ketika....




Jadi, apa definisi 'kaya' versimu?

Kaya itu ketika...

punya rumah di area Jakarta Selatan?

punya mobil keluaran terbaru?

punya gadget teranyar?

Definisikan sendiri versimu! Share di kolom komentar ya hihi biar aku bisa ikut tahu :D

.

Lah, udah gitu aja?

Hahaha ya nggak dong. Aku mau cerita tentang versi 'kaya'-ku yang terus mengalami pergeseran setiap waktu. 

Semasa kecil, aku menganggap kaya itu ketika punya rumah luas dengan halaman yang bisa dipakai main basket dan punya mobil pribadi yang adem cesss. Waktu itu aku memang belum punya keduanya, dan menganggap orang tuaku juga nggak mampu untuk membelinya. Padahal belum tentu juga. 

Bisa jadi orang tuaku sebenarnya mampu tapi memilih nggak membelinya karena alasan tertentu. Lagipula, kenapa harus punya hal-hal tersebut hanya untuk memenuhi standar kaya versi Anisa kecil yang bahkan belum paham bagaimana mencari uang? wkwkwk.

Beranjak lebih besar, standar 'kaya'-ku beralih menjadi punya gadget teranyar, bahkan selalu up to date mengikuti perkembangan jaman. Pikirku, gadget memang menjadi kebutuhan tapi kalau ada yang sampai rela merogoh kocek puluhan juta (seharga motor, loh!) untuk menikmati fungsi komunikasi, dokumentasi maupun publikasi yang bisa saja menggunakan ponsel seharga 2jutaan, FIX dia memang sultan! 

Lalu aku malah menjadi insecure akibat standar kaya versiku sendiri. Gimana nggak? Banyak banget orang-orang di instagram yang aku kenal sudah meng-upgrade gadgetnya dengan keluaran terbaru. Sedangkan aku? masih bertahan dengan ponsel lama yang dibeli sejak kelahiran Sabina. 

Wah! Orang-orang seumuranku sudah kaya, kok aku masih gini-gini aja?

Saking merasa kecilnya, aku sampai pernah di tahap kepo sama penghasilan teman-temanku. Sengaja menyia-nyiakan waktu dengan mengobrak-abrik mesin pencarian google dan menuliskan kata kunci: gaji (jabatan) di (perusahaan). Sambil terus merapal, kok bisa mereka beli ponsel seharga motor?Konyol kalau diingat lagi.

Gongnya, ketika aku tahu dan melihat langsung seperti apa orang yang punya aset puluhan milyar. Bukan dari internet, bukan dari buku, melainkan tetanggaku sendiri. Hahaha.

Yang aku tahu, sawahnya memiliki total luas 20 bau. 1 bau itu kira-kira 7.100 meter persegi, jadi 20 bau adalah 142.000 meter persegi yang artinya 14,2 hektar! 

Sekalinya panen, beliau dapat sekitar 200 jutaan lebih. Nilai itu sebenarnya kecil mengingat sawah yang beliau punya semuanya disewakan. Duh, kalau dikelola sendiri dapet berapa coba wkwk. Nah jangan lupa, setahun itu panen dua kali yaa tinggal kali dua aja nilai yang aku sebutin di awal tadi. Hampir setengah milyar setahun dari passive income sawah doang.

Selain sawah beliau juga punya kontrakan sekitar 60 pintu DI JAKARTA. Perlu banget pakai capslock, karena... JAKARTA woy! Harga tanahnya aja udah di luar nalar kan ya di sana, apalagi ini 60an kontrakan.

Nggak hanya sawah dan kontrakan, beliau juga punya bisnis bajay di Jakarta. Rata-rata orang kampung sini yang merantau ke Jakarta dan jadi sopir bajay ya bosnya orang sini juga.

Baru itu aja yang aku tahu, entah mungkin beliau punya usaha atau investasi di bidang lain juga ya aku nggak tahu. Segitu aja udah cukup banget buat hidup mewah di kampung.

Hitungan kasarku sih total asetnya lebih dari 10 M. Tapi semua standar yang dulu aku pernah lekatkan pada definisi kaya tuh nggak ada semua pada beliau.

Rumahnya biasa aja malah catnya cenderung udah pudar, tapi di dalam rumahnya emang ada ruangan khusus cukup besar untuk menampung gabah sekitar 30 ton. Tapi kalau orang lewat rumahnya sih ya biasa aja, nggak mewah dan nggak punya garasi juga. Mobilnya cuma 1, bukan jenis mobil luxury dan karena nggak punya garasi jadi mobilnya diparkir di halaman rumah. Lagi pula kendaraan hari-harinya cuma motor beat. Ponselnya Nokia tulalit. Kalau ini sih wajar aja ya, orang tua kan emang sukanya Nokia tulalit.

Nah sejak itu standar kaya-ku menjadi berubah. Bukan lagi rumah, kendaraan dan ponsel mewah. 

Psssst, orang yang dulu aku kira kaya karena punya gadget terbaru, mobil bagus dan rumah mewah aja nyatanya masih punya hutang konsumtif kok. Jadi jangan terlampau silau dengan apa yang terlihat, ya!

Di masa depan, mungkin standar kaya-ku bisa jadi bergeser lagi seiring pemikiranku yang juga tumbuh dan berkembang. Tapi untuk sekarang bagiku kaya itu ketika tidak punya hutang konsumtif, Dana Darurat sudah 12 kali pengeluaran, punya asuransi kesehatan yang bagus untuk sekeluarga, Dana Pendidikan Anak dan Dana Pensiun sudah berjalan sesuai rencana, dan tujuan keuangan lain sudah memiliki postnya masing-masing. Sederhana, kan? Tapi masih diusahakan sis! hihi

Btw, jangan lupa share di kolom komentar atau DM aku di @anisasdf tentang definisi kaya menurut kalian ya! Aku menunggu sekali ingin baca insight kalian 💚


With Love,


A

Foto terakhir di rumah mewah setelah menjualnya untuk ketenangan hidup keluarga :))

No comments:

Post a Comment