Ada sapaan ‘Hai’
dari perempuan berjilbab yang punya rencana buat ngelepas jilbabnya ini.
Hey! Why?
*Aduh maaf
banget, prolog yang nggak ciamik sama sekali tapi..yasudahlah*
Dari prolog
di atas, udah keliatan kan kalo aku mau mutusin hal besar dengan ngelepas
jilbab, ya sebenernya dikatakan ngelepas jilbab sih aku emang masih
copot-pasang jilbab hanya saja aku selalu make jilbab kalo ke kampus and it
means, almost everyday I wear a scraft.
Bukan hal
yang mudah buat mutusin hal ini. Aku udah mikir lama dan diskusi sana-sini
dengan beberapa teman. Nggak semua pro, ada juga yang menentangnya dengan dalih
agama dan lainnya. Tapi setelah aku perjelas alasanku, akhirnya mereka
mendukung.
Sejujurnya
yang membuat hal ini terasa sulit adalah berbicara dengan ibu mengenai
keputusanku. Karena, FYI menggunakan jilbab adalah titahnya. Dari awal aku mau
masuk kuliah memang aku sudah niatkan untuk tidak memakai jilbab, melepasnya
setelah 9 tahun di sekolah aku menggunakannya (Dari kelas IV Sekolah Dasar, aku
wajib memakai kerudung). Namun keinginanku ditolak habis oleh ibu. Alasannya
tidak terlalu jelas, katanya aku udah gede dan emang sepantasnya berjilbab. Mungkin
karena melihat lingkungan dengan remaja perempuan seumuranku yang kebanyakan
berjilbab. Padahal yang aku tau, ibu sendiri ketika seumuranku tidak berjilbab.
Aku bukan
sosok perempuan anteng yang bisa menjaga bentuk jilbabku. Aku sering merasa
terbebani ketika menggunakan jilbab. Terkadang bentuknya tidak serupa dengan
bentuk awal sampai membuatku rungsing di awal pemakaian. Karena itulah sering
sekali rambutku terlihat keluar walau sudah memakai jilbab. Baju yang aku pakai
pun harus butuh penyesuaian. Lama-kelamaan aku jadi ikut berfikir kalau jilbab
itu adalah fashion,-seperti yang pernah dikatakan salah seorang teman.
Masalah
orang akan berkata dan berpikir apa setelah keputusan ini hanyalah nomor
sekian. Toh ketika masih menggunakan jilbab saja sudah banyak omongan yang aku
dapatkan. Dibilang tidak konsisten karena sering copot-pasang jilbab kalau
main, jilbab yang tidak menutupi dada, dan masih banyak lainnya.
Ada teman
yang menyangka keputusan aku untuk melepas jilbab karena teman baikku tidak
berjilbab. Salah besar. Mayoritas temanku berjilbab, mungkin ada beberapa teman
dekatku yang tidak berjilbab. Tapi toh keinginanku ini sudah ada sebelum aku
mengenal mereka. Mereka tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan hal ini.
Ini hanya berputar pada aku dan keberanianku untuk memilih.
Aku pun sudah
sangat sadar dengan ketiadaan hubungan antara baik-buruknya seseorang dengan
menggunakan jilbab atau tidaknya dia. Kalo ada yang bilang jilbab adalah
langkah awal atau sebagai batasan kita agar disiplin beribadah dan berbuat
baik, aku tidak sepakat. Dalam beribadah ada tingkatan prioritas yang terdapat
pada rukun iman dan rukun islam. Wajib dulu, baru lainnya. Aku sendiri akan
lebih memrioritaskan melaksanakan ibadah shalat dibanding menutup tubuh dengan
berjilbab. Ini sih hanya opiniku yang meyakini bahwa menggunakan jilbab bukan
hal yang wajib, sewajib shalat lima waktu, berpuasa, membayar zakat dan naik
haji hahaha. Tapi bukan berarti aku nggak setuju dengan teman-teman yang pake
jilbab. Aku malah apresiasi mereka dan mendukung keputusannya. Karena memakai
atau menanggalkan jilbab adalah hal yang bagus. Yang nggak bagus cuma mereka
yang mencaci orang lain berkata itu salah ini salah dengan berlindung pada
agama. Oh man, you’re loser.
Itu aja sih. Aku nggak mau menggunakan atau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan keinginanku.
Gitu dulu ya, aku buru-buru mau bantuin ibu masak hehe.
With love,
Berrymocca