Penulis mengenakan batik tulis bermotif wadasan di hari wisudanya |
“I owe a great debt to
the people of Indonesia. Their kindness, coupled with the beauty, expanse and
diversity of their country, has made the past month one of the best my life.”
-Robert
Schrader-
Penggambaran atas menakjubkannya
Indonesia bagi Robert Schrader, blogger asal Amerika Serikat tersebut rasanya
tidak berlebihan. Pesona Indonesia tak hanya mampu berhasil menggoda
kita, warga Indonesia, namun juga sampai pada warga mancanegara, Schrader salah
satunya.
Melalui blognya, ia mengunggah
tulisan dan foto berjudul “30 Pictures
That Will Make You to Visit Indonesia” yang berisi pengalamannya selama
sebulan menjelajah Indonesia dengan dipenuhi kekaguman. Beberapa tempat indah
di Indonesia tak luput dari persinggahannya. Kalimantan, Papua dan beberapa
daerah lainnya sempat menjadi objek atas bidikan kamera Schrader.
Sebagai warga Indonesia, saya tak
hanya bangga atas tanah kelahiran saya, namun juga memiliki keinginan sama
dengan Schrader untuk bisa menjelajahi tiap jengkal dari tanah ibu pertiwi.
Saya memiliki keyakinan kuat bahwa suatu saat, negeri saya tercinta, Indonesia,
akan saya nikmati setiap sudutnya. Tak hanya keindahan wilayahnya, namun
budaya, keragaman hingga keramahan orang-orangnya. Dan keindahan itu akan saya
nikmati dengan berpetualang mengenakan Batik Indonesia. Kenapa batik? Karena
saya rasa saya telah jatuh cinta dengan batik dan segala nilai filosofis yang
melekat pada setiap helainya.
Kecintaan saya pada batik berawal
dari perkenalan saya dengan salah seorang teman kampus yang juga bersal dari
kalangan keluarga perajin batik di Cirebon. Tak hanya mengajarkan saya
membatik, namun ia juga menceritakan mengenai nilai-nilai dalam membatik. Membatik
tak hanya sekedar menuangkan malam di atas mori dengan canting baginya. Lebih
dari itu. Di dalamnya terdapat keuletan untuk tetap konsisten dalam mengikuti
serangkaian prosesnya secara berurutan.
Membatik diawali dengan tahapan
ngrengreng (proses pencantingan awal garis luar), isen-isen (pemberian aksen
atau ornamen pada motif), nembok atau nutup (fase memilih mana yang dirintangi
dan mana yang tidak) pewarnaan, lalu yang terakhir nglorod. Tahapan proses yang
harus dilakukan berurutan dalam membatik diibaratkan seperti tahapan kehidupan
dari lahir hingga masuk liang lahat. Lahir sebagai bayi yang belum bisa
berjalan pun berbicara, lalu tumbuh menjadi anak-anak yang sudah gesit
melarikan kaki-kaki kecilnya, beranjak remaja dengan segala keingintahuannya,
menjadi dewasa lengkap dengan segala kompleksitas permasalahan lalu tua hingga
menunggu ajal. Kita tak bisa mengacak prosesnya dengan menjadi manusia dewasa
dulu ketika keluar dari rahim lalu baru menjadi bayi setelahnya. Sama seperti
membatik. Tidak ada dalam sejarah membatik, nglorod dilakukan sebelum
isen-isen. Hancur sudah kalau benar ada. Bukankah hidup memang sejatinya berisi
proses?
Begitulah akhirnya saya jatuh cinta
pada batik. Batik mengajarkan kita ketekunan, kebersamaan, estetika dan penghargaan
atas proses yang walaupun begitu melelahkan namun memang senilai dengan
karyanya. Ah... betapa mengenal batik menjadikan saya bersyukur pernah tinggal
di Cirebon selama empat tahun ketika berkuliah. Bukan hanya melulu karena banyaknya
wisata Cirebon yang menjadikan saya suka berpetualang di kota udang ini,
namun juga kebudayaannya yang masih kental terasa, termasuk batik Cirebon
yang memang sudah terkenal hingga mancanegara.
Beruntung sekali, di Cirebon ini
saya tak perlu susah mencari batik. BT Batik Trusmi mempermudah saya
untuk berbelanja dengan ketersediaan koleksi batik yang super lengkap. Desain
yang beraneka ragam membuat saya merasa ingin memborong semuanya. Hehehe. Saya
pun tidak perlu takut akan harga karena segala variasi harga dari yang termurah
hingga mahal dengan kualitas tanpa tandingan tentunya, ada. Kalau sedang merasa
malas atau memang tidak dapat mengunjungi tokonya secara langsung, saya bisa melakukan
pembelian online di http://btbatiktrusmi.com/
.
Selain menomorsatukan konsumen atas
berbagai kemudahan dan kenyamanan dalam berbelanja, yang begitu saya suka dari
BT Batik Trusmi ini karena batik-batik yang dijual merupakan hasil perajin
lokal. Ya, produk yang mereka jual bukan hanya dari produksi sendiri -dengan
rumah produksi besar dan pekerja lokal- namun juga ada yang hasil membeli dari
perajin lokal. Ini membuktikan kepeduliannya dalam kemajuan batik di Trusmi.
Mereka mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan
baru dan mendorong perajin lokal agar terus berkarya. Satu hal yang patut
diapresiasi. Bagi saya tidak ada keberhasilan yang benar-benar berhasil, selain
keberhasilan untuk kebaikan orang-orang di sekitar. Dan, BT Batik Trusmi ini
telah berhasil. Bukan hanya berhasil memasarkan batik, namun juga berhasil
menjadi ‘cahaya’ dari warga Cirebon khususnya Trusmi.
Betapa dimanjakannya saya sebagai
konsumen di toko yang memiliki jargon BTAlways Batik ini membuat saya
terlampau senang. Sebelum impian saya benar-benar terealisasi, bukankah saya
harus mempersiapkan baju batik yang banyak dulu? Batik membuat impian keliling
Indonesia saya menjadi lebih baik.
![]() |
Monumen pembatik yang dibangun oleh BT Batik Trusmi |
![]() |
Sentra batik terbesar dan terluas, BT Batik Trusmi |
![]() |
Gapura Selamat Datang di Kawasan Batik Trusmi yang diprakarsai BT Batik Trusmi
|
No comments:
Post a Comment